RINDU
Hujan mengantarkan rindu
Angin membisikkan masalalu
Aku duduk di kursi pojok ruang E
Menatap wajah sebuah kenangan
Angin membisikkan masalalu
Aku duduk di kursi pojok ruang E
Menatap wajah sebuah kenangan
Dam masih kuingat sajak kaubaca
Tanah Air Mata, karya penyair ternama
Pada perkuliahan pertama
Kau lantunkan semangat menyala-nyala
Tanah Air Mata, karya penyair ternama
Pada perkuliahan pertama
Kau lantunkan semangat menyala-nyala
Suaramu lantang memecahkan sunyi
Menepis agin membela kabut bagai busur
Menitip benih tumbuh berbuah
Meninggal rindu berkenangan
Menepis agin membela kabut bagai busur
Menitip benih tumbuh berbuah
Meninggal rindu berkenangan
Dam malam dahulu menjemputmu
Kembali ke alam tampa batas
Biarkan tujuh rupa bunga menemani
Bersama doa firman-Nya
Kembali ke alam tampa batas
Biarkan tujuh rupa bunga menemani
Bersama doa firman-Nya
Izinkan kusimpan rindu dalam saja ini
Merapatkan diksi setiap bait
Melantunkan nafas nada berirama
Seperti petuah kau titipkan
Merapatkan diksi setiap bait
Melantunkan nafas nada berirama
Seperti petuah kau titipkan
Waktu sudah jauh terpisah
Masalalu biarkan menjadi indah
Sejarah terus terkenang
Dam masih tetap hidup pada sajak-sajanya
Masalalu biarkan menjadi indah
Sejarah terus terkenang
Dam masih tetap hidup pada sajak-sajanya
-----
Puisi ini untuk Dr. Drs. Sudaryono, M.Pd atau DAM
Jambi, 26 Februari 2019
Komentar
Posting Komentar