Heri Perajin Knalpot di Batam
Memiliki Tangan Trampil, Heri Dijuluki Sebagai Dokter Knalpot
Tangan yang cekatan ahli dalam membuat knalpot, Heri Purnariawan warga Tembesi Tower RT 03 RW 16, ahkirnya dijuluki sebagai dokter knalpot oleh para konsumennya.
AHMAD YANI -Batam
Batam sebagai kota industri ribuan warga dari barbagai kota bahkan manca negara berbondong-bondong datang untuk mencari pekerja. Berbeda dengan sorang pria asal Jawa Timur bernama Heri Purnariawan yang lebih memilih bekerja ditempat sendiri alis membuka usaha sendiri dibidang sudah digelutinya sejak 1995. Hingga kini Heri dijuluki sebagai dokter knalpot. Gelar dokter knalpot didapatkannya dari konsumen yang datang ke tempatnya, karena Heri selalu terlihat bekerja bobok knalpot, membelah kenalpot seolah-olah seperti sang dokter.
Bekal dan ilmu membuat knalpot yang dimilikinya itu didapatkan dari bangku perkulian D3 Jurusan Mekanisasi dan Bangunan di Universitas Politeknik Jember angkatan tahun 1991-1994. Semasa di bangku perkuliahan pria kelahiran 4 Desember 1972 ini pernah belajar tentang logam yang diakunya cendrung kearah perbengkelan.
Setelah usai menjadi Mahasiswa pada 1995. Putra pasangan dari Kuswan Nudikto dan Madiah
ini kemudian memberanikan diri untuk membuka dunia usaha perbengkelan, yang sesui ilmu dimiliknya semasa kuliah.
Pada 1996-1997, suami dari Ninik Ariyani kemudian memutuskan untuk meninggalkan bengkel smentara waktu. Sedangkan usaha perbengkelannya itu dititipkan kepada orang untuk mengurusnya. Sementara dirinya ikut bekerja di pelayaran selama satu tahun. Itu hanya bermaksud untuk mencari modal porbengkelannya.
Saat perekonomian Indonesia pada 1998 waktu itu dalam keadaan krisis moneter yang mana harga bahan dan jual menjadi tidak berimbang lagi. Harga bahan naik mencapai 300 persen, sementara harga jual masih berkisaran sebelumnya tidak ada kenaikan.
"Atas peristiw itu usaha saya kemudian kembali saya tinggalkan. Saya kemudian ke Johor Malaysia bekerja ikut PT Pengerjaan logan kontruksi baja," ujar ayah Aura Balqis Nikita Putri kepada Batam Pos, Senin (15/8).
Selama tujuh bulan bera di negeri jiran, pada 1998 akhirnya pria berusia 45 tahun ini kemudian pulang ketanah air Indonesia melalui jalur Batam menuju rumah saudaranya yang ada di daerah Bantamcenter.
"Selama di Batam saya diajak keliling-keliling dan saya tertarik ingin membuka bengkel di Batam," ungkap Heri saat ini sebagai Ketua RT03 RW 16 Tembesi Towe Sagulung.
Selama kurang lebih satu bulan berada di Kota Batam, kemudian Heri pulang ke kampung halamnnya di Jawa. Kemudian usaha perbengkelan yang dimiliknya di Jawa akhirnya dijual dan pindak ke Kota Batam.
"Awalnya saya buka bengkel di daerah DC Mall Jodoh," kata Heri.
Di Batam, Heri kemudian mulai memproduksi knalpot hanya berskala kecil hanya untuk memenuhi konsume yang datang meminta padanya untuk membuar knalpot.
"2003 bengkel saya pindah lagi ke Square 91 di belakang DC Mall. Di sana produksi knalpot mulai meningkat. Bukan hanya menerima pesanan melainkan juga melakukan produksi untuk dijual," ucap Heri.
Saat itu, dalam satu bulan Dia mampu memproduksi knalpot sebanyak, 50-75 knalpot. Produksi untuk sepeda motor dua tak dan empat tak. Saat itu produksi knalpot miliknya sempat dikirim ke Tanjung Pinang dan Pekan Baru sebanyak 20-30 unit sesuai permintaan.
"Waktu itu knalpot yang kita buat masih menggunakan plat biasa belum bahan stenlis," tuturya.
2006 produksi knalpot yang dikirim keluar dihentikan, alasannya karena bahan baku untuk memproduksi sudah didapatkan. Pekerjaan bengkel sudah menyita waktu banyak untuk produksi knalpot.
"Jadi menerima pesanan yang datang langsung kebengkel. 2014 bengekel berpindah lagi ke Tanjung uma karena ruko yang ditempat dijual pemilknya," ujar Heri.
Semakin hari-kehari, Heri merasa persaingan usaha knalpot di Batam semakin meningkat, yang mana produk dari luar sudah banyak berdatangan ke Batam. Untuk menyikapi hal tersebut dirinya berusaha berfokus dibagian produksi saja.
"Kemudian untuk produksi pindah ke rumah, di bengkel ada anggota," jelas Heri.
Hingg saat ini, dalam satu bulan Heri mampu menghasilkan kurang lebih sekitar 50-100 unit knalpot. Untuk knalpot emapt tak diproduksinnya setiap satu bulai 20-40 dam sedangkan untuk knalpot sepeda motor dua tak dapat diproduksinya sebanyak 15- 20.
"pesanan knalpot resing dan biasa masih banyak yang minta," terangnya.
Knalpot hasil butan Heri memiliki dua jenis bahan yang diproduksi, yakni satu berbahan plat galvanis dan plat stenlis. Untuk plat galvanis biasanya diperuntukkan untuk sepeda motor dua tak, karena memiliki kelibih kadar baja yang lebih tinggi, sehingga menghasilakan suara knalpon yang lebih nyaring dan lebih stabil terhadap perubahan suhu mensi. Sedangkan untuk bahan stenlis lebih banyak untuk sepeda motor empat tak.
"Harga knalpot yang kita jual berpariasi, tergantung bahan dan modelnya, dari kisaran Rp 250 ribu sampai Rp 500 ribu," tutup Heri. ***
Tangan yang cekatan ahli dalam membuat knalpot, Heri Purnariawan warga Tembesi Tower RT 03 RW 16, ahkirnya dijuluki sebagai dokter knalpot oleh para konsumennya.
AHMAD YANI -Batam
Batam sebagai kota industri ribuan warga dari barbagai kota bahkan manca negara berbondong-bondong datang untuk mencari pekerja. Berbeda dengan sorang pria asal Jawa Timur bernama Heri Purnariawan yang lebih memilih bekerja ditempat sendiri alis membuka usaha sendiri dibidang sudah digelutinya sejak 1995. Hingga kini Heri dijuluki sebagai dokter knalpot. Gelar dokter knalpot didapatkannya dari konsumen yang datang ke tempatnya, karena Heri selalu terlihat bekerja bobok knalpot, membelah kenalpot seolah-olah seperti sang dokter.
Bekal dan ilmu membuat knalpot yang dimilikinya itu didapatkan dari bangku perkulian D3 Jurusan Mekanisasi dan Bangunan di Universitas Politeknik Jember angkatan tahun 1991-1994. Semasa di bangku perkuliahan pria kelahiran 4 Desember 1972 ini pernah belajar tentang logam yang diakunya cendrung kearah perbengkelan.
Setelah usai menjadi Mahasiswa pada 1995. Putra pasangan dari Kuswan Nudikto dan Madiah
ini kemudian memberanikan diri untuk membuka dunia usaha perbengkelan, yang sesui ilmu dimiliknya semasa kuliah.
Pada 1996-1997, suami dari Ninik Ariyani kemudian memutuskan untuk meninggalkan bengkel smentara waktu. Sedangkan usaha perbengkelannya itu dititipkan kepada orang untuk mengurusnya. Sementara dirinya ikut bekerja di pelayaran selama satu tahun. Itu hanya bermaksud untuk mencari modal porbengkelannya.
Saat perekonomian Indonesia pada 1998 waktu itu dalam keadaan krisis moneter yang mana harga bahan dan jual menjadi tidak berimbang lagi. Harga bahan naik mencapai 300 persen, sementara harga jual masih berkisaran sebelumnya tidak ada kenaikan.
"Atas peristiw itu usaha saya kemudian kembali saya tinggalkan. Saya kemudian ke Johor Malaysia bekerja ikut PT Pengerjaan logan kontruksi baja," ujar ayah Aura Balqis Nikita Putri kepada Batam Pos, Senin (15/8).
Selama tujuh bulan bera di negeri jiran, pada 1998 akhirnya pria berusia 45 tahun ini kemudian pulang ketanah air Indonesia melalui jalur Batam menuju rumah saudaranya yang ada di daerah Bantamcenter.
"Selama di Batam saya diajak keliling-keliling dan saya tertarik ingin membuka bengkel di Batam," ungkap Heri saat ini sebagai Ketua RT03 RW 16 Tembesi Towe Sagulung.
Selama kurang lebih satu bulan berada di Kota Batam, kemudian Heri pulang ke kampung halamnnya di Jawa. Kemudian usaha perbengkelan yang dimiliknya di Jawa akhirnya dijual dan pindak ke Kota Batam.
"Awalnya saya buka bengkel di daerah DC Mall Jodoh," kata Heri.
Di Batam, Heri kemudian mulai memproduksi knalpot hanya berskala kecil hanya untuk memenuhi konsume yang datang meminta padanya untuk membuar knalpot.
"2003 bengkel saya pindah lagi ke Square 91 di belakang DC Mall. Di sana produksi knalpot mulai meningkat. Bukan hanya menerima pesanan melainkan juga melakukan produksi untuk dijual," ucap Heri.
Saat itu, dalam satu bulan Dia mampu memproduksi knalpot sebanyak, 50-75 knalpot. Produksi untuk sepeda motor dua tak dan empat tak. Saat itu produksi knalpot miliknya sempat dikirim ke Tanjung Pinang dan Pekan Baru sebanyak 20-30 unit sesuai permintaan.
"Waktu itu knalpot yang kita buat masih menggunakan plat biasa belum bahan stenlis," tuturya.
2006 produksi knalpot yang dikirim keluar dihentikan, alasannya karena bahan baku untuk memproduksi sudah didapatkan. Pekerjaan bengkel sudah menyita waktu banyak untuk produksi knalpot.
"Jadi menerima pesanan yang datang langsung kebengkel. 2014 bengekel berpindah lagi ke Tanjung uma karena ruko yang ditempat dijual pemilknya," ujar Heri.
Semakin hari-kehari, Heri merasa persaingan usaha knalpot di Batam semakin meningkat, yang mana produk dari luar sudah banyak berdatangan ke Batam. Untuk menyikapi hal tersebut dirinya berusaha berfokus dibagian produksi saja.
"Kemudian untuk produksi pindah ke rumah, di bengkel ada anggota," jelas Heri.
Hingg saat ini, dalam satu bulan Heri mampu menghasilkan kurang lebih sekitar 50-100 unit knalpot. Untuk knalpot emapt tak diproduksinnya setiap satu bulai 20-40 dam sedangkan untuk knalpot sepeda motor dua tak dapat diproduksinya sebanyak 15- 20.
"pesanan knalpot resing dan biasa masih banyak yang minta," terangnya.
Knalpot hasil butan Heri memiliki dua jenis bahan yang diproduksi, yakni satu berbahan plat galvanis dan plat stenlis. Untuk plat galvanis biasanya diperuntukkan untuk sepeda motor dua tak, karena memiliki kelibih kadar baja yang lebih tinggi, sehingga menghasilakan suara knalpon yang lebih nyaring dan lebih stabil terhadap perubahan suhu mensi. Sedangkan untuk bahan stenlis lebih banyak untuk sepeda motor empat tak.
"Harga knalpot yang kita jual berpariasi, tergantung bahan dan modelnya, dari kisaran Rp 250 ribu sampai Rp 500 ribu," tutup Heri. ***
Komentar
Posting Komentar