Berbincang Dengan Agus Seniman Lukis Pasi


Jadikan Wadah Bagi Masyarakat Batam

Agus Purnomo warga Perumahan Cipta Diamon Blok A Nomor 23, Kavling Lama Sagulung, salah satu seniman lukis Batam, yang ingin melestarikan budaya Kepri lewat hasil karya lukisannya.

AHAMD YANI -Batam

Pria berusia 36 tahun ini selalu menghabiskan waktu di depan teras rumahnya. Kebisannya mencitakan hal yang menarik lewat inspirasi yang ada dibenak pikirannya kemudian ditungkan kedalan bentu seni lukis. Lukisan yang dibuatnya berbeda dengan karya-karya seniman lainnya. Karakter karya Agus dihadirkan dari bahan pasir. Boleh dibilang Agus merupakan satu-satunya pelukis yang menggunakan bahan pasir di Kota Batam bahkan Kepri.

Aktiviatas melukis, diakui pria kelahiran Nganjuk Jawa Timur ini baru saja dilakoninya sejak Agustus 2016. Sebelumnya ia masih sibuk dengan kegiatan mengajar di Universitas luar negeri, yakni Malaysia dan Singapura, sehingga ia tak sempat untuk berkarya.

Saat ini Agus bisa lebih leluasa untuk berkarya, pasalnya Ia tidak lagi mengajar, karena tidak ingin jauh meninggalkan keluarga di Batam.

Saat ini, Agus telah banyak menghasilkannya karya yang sudah lama terpendam. Untuk memulai berkarya Agus terlihat banyak membuat lukiskan lukisan kaligrafi.

Pria yang lahir pada 28 Agustus 1980 ini tergolong pelukis otodidak tidak pernah duduk di bangku kesenian apa lagi memiliki darah keturunan seni. Sejak kecil hingga besar Agus menduduki SD, SMP dan SMA di kampung halaman, setelah itu melanjutkan kuliah S1 di Malang Jurusan Pendidikan Bahasa Inggir, dan S2 di Singapuran mengambil juran Fisikologi.

"Nggak ada satupun yang terkait dengan kesenian," ujar Agus, Jumat (23/9).

Agus menuturkan, ilmu berkesenin tersebut didapatnya pada santri-santri yang belajar di pesantren Salafiah yang mana pesantren tersebut berdekatan dekat dengan rumah warga. "Jadi anak-anak kampung sering diajar oleh para santri-santri yang ada untuk belajar seni," ungkap Suami Ispirahayu.

Kecintaan dalam berkesenian mulai tumbuh didirinya sejak berusia 10 tahun, kala itu ia masih duduk di bangku sekolah kelas 4 SD.

"Awal pertama saya mengukir kayu jati untuk mimbar masjid," kenang Agus pada kisah lalu.

Lanjut Agus, momentum yang paling diingati ketika karya seninya yang pertama kali dibuatnya pada 1990, yakni ukiran meja dari kayu jati dibeli dengen harga Rp 700 ribu. "Akar kayu jati di ukir menjadi meja," terang Agus.

Menurut pria satu anak ini, dalam berkarya seni sangat dibutuhkan ketelatenan, kesabaran dan ketekunan. "Itu besik yang harus ada pada para seniman," uncapnya.

Dengan bakat yang dimilikinya, Agus juga memberikan kesempatan kepada warga sekitar perumahannya untuk ikut serta belajar bersama. "Supaya bisa menjadi wadah  bagi warga Batam untuk bekesenin. Saat ini sudah ada 10 orang yang belajar" kata Agus.

Lewat seni lukis, Agus ingin melestarikan kebudaya Kepri, seperti menghadirkan objek ikon Batam, seperti Jembtan Barelang, Engku Putri, Masjid Raya dan lain sebagainya. "Agar dapat dikenal oleh negara tetangga," pungkas Agus.

Selain itu, kedepannya ia juga berkeinginan untuk memberikan edukasi kepada bagi pelajar yang ada disejumlah sekolah di Batam.
"Memberikan pembelajaran agar anak-anak bisa kreatif," jelasnya.

Dijelaskan Agus, ada pun cara pembuatan lukisan pasir, yakni menyiapkan bahan pasir, kemudian pasir dicuci bersih lalu dijemur diterik matahari hingga kering, setelah pasir benar-benar kering kemudian di ayak hingga menghasilkan bubuk pasir yang halus. Jika ingin menghendaki warna pada lukisan tinggal ditambah pewarna dari perwarna makanan.

"Ini hanya untuk ramah lingkungan bebas dari bahan kimia, bahan baku pasir juga gampang didapatkan," tuturnya.

Sebelum memulai untuk melukis, terlebih dahulu siapkan landasan seprti fiber, atau kain juga triplek (Penganti kanpas, red) beri pola gambar yang disukai, setelah itu beri lem dan berikutnya taburkan pasir di atas. "Tinggal mengikuti pola yang telah diberi lem," Terang Agus.

Bisanya dalam satu lukisan proses pembuatan menghabiskan waktu satu sampai tiga hari. "Proses pembuatannya lama di penjemuran," kata Agus.

Hasil karya seni buaanya, kini dibandrol dengan harga terendah jual dengan ukuran A12x29.7cm sebesar Rp 100 ribu dan bisa sampai puluhan juta. ****

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Heri Perajin Knalpot di Batam

Pelajar SMKN 1 Batam Jadi Utusan Indonesia ke Jepang

Berbincang Dengan Erviana Madalina Sutra Dara Muda