Ingin Jadi Polwan Kandas Diusia Dini

Nova Afel Lia, bocah 10 tahun, terpaksa mengurungkan niatnya menjadi seorang Polisi Wanita (Polwan). Harapannya pupus setelah Sherliami Flora, orangtua kandungnya meninggal dunia, Kamis 14 April 2016 di ruang Bougenville nomor 205, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah, karena menderita penyakit TBC dan gizi buruk.  

AHMAD YANI - Batam

Wajib belajar sembilan tahun yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia, kini tak dapat  lagi dirasakan oleh bocah berusia 10 tahun ini. Hidupnya pun sirna ketika harapan ingin menjadi Polwan pun sebatas angan sudah tak dapat lagi diraihnya setelah ditinggal pergi orangtua. 

Nova memutuskan berhenti sekolah saat duduk di bangku pendidikan kelas II Sekolah Dasar (SD) swasta Effrata,  Baloi. Kala itu almarhum ibunya masih hidup, namun tetap dengan kondisi sakit-sakitan, tak dapat lagi bekerja. Melihat hal itu, Nova pun mengurungkan niatnya untuk bersekolah dan mengutamakan merawat ibunya di rumah. Pada akhirnya orangtunya dilarikan ke RSUD Embung Fatimah, Selasa (12/4) lalu, setelah mendapat rujukan dari Puskesmas Tanjungsengkuang, Batuampar.

Sherliami Flora orangtuan Nova lahiran 03 Desember 1985. Usianya kini genap 31 tahun. Ia berasal dari Flores. Di Batam Sherliami hanya hidup berdua bersama Nova. Karena Roni Harianja sang suami dan ayah dari Nova sudah meninggal pada Maret 2007, kala itu Nova berusia satu tahun. Meninggal karena menderita sakit paru-paru. Meninggal di Batam, dikebumikan di kampung halaman Medan.

Pada 15 April 2015, sehari sebelum almarhum Sherliami meninggal. Batam Pos sempat mengunjungi almarhum di RSUD Embung Fatimah. Almarhun dirawat di ruang Bougenville nomor 205. di ruangan itu tampak tersusun enam bangsal, empat dibagian kiri dan dua dibagian kanan. Suasanya pun begitu senyap tak ada yang banyak bicara di ruangan pada saat itu. Nova anak almarhum dijumpai mengenakan daster bewarna pink berlengan pendek, memakai masker warna hijau didapati dari rumah sakit.

Nova berada tepat di samping Sherliami setia menjaga orangtuanya yang sudah terbaring lemas di atas bangsal beralas warna biru. Sherliami terlihat mengenakan baju kaous oblong bewarna abu-abu, tampak lusuh, kurus, tatapanya kosong tak ada makna. Sherliami juga tak mampu menggerakkan badan, untuk bicarapun pun susah tak sanggup lagi. Ucapan yang dilontarnya jarang terdengar jelas di telinga. Untuk berkomunikasi, Nova selalu merekatkan telinganya ke Sherliami.

"Terkadang Sherliami acap kalai berbicara sendiri, tidak tahu apa yang diucapnya. Mulutnya kerap komat-kamit," ujar Rospita, pasien yang berada di sebelahnya, Kamis (14/4) lalu .

Rospita mengatakan, setiap hari anaknya yang selalu menjaga. Tidak pernah telihat satu pun keluarga, sanak saudara yang datang untuk menjenguknya."Kasihan melihat anaknya, masih kecil," ungkapnya.

Di rumah sakti Nova tak putus berdoa kepada tuhan untuk kesembuhan ibunya waktu itu. Hanya ibulah satu-satunya yang dimilikinya di dunia. Tidak ada tempat untuk bergantung selain ibunya. "Saya sayang sekali sama mamak, saya setiap hari nangis. Kasih mamak sembuh dan kasih mama kuat untuk bisa bekerja," ujar Nova ketika ditemui di RSUD waktu itu, berharap ibunya bisa pulih dari penyakit.  

Humas RSUD Embung Fatimah, Nurraini mengatakan pasien didiagnosa mengidap penyakit TBC dan gizi buruk. "Pihak rumah sakit sudah memberikan pelayanan yang maksimal,' ujar Nurraini

Untuk biaya pengobatan pasien, sudah ditanggung Dinas Sosial (Dinsos) Kota Batam. Sherliami dinyatakan meninggal duni pada Jumat (16/4) sekitar pukul 19.05 WIB, dan dikebumikan pada Sabtu (17/4) di Seiteminang.

Sebelum kepergian orangtuanya Nova akhirnya berjumpa dengan keluarga bapaknya, yang baru mengetahui bahwa Sherliami masuk rumah sakit. "Kita baru tahu setelah Nova menelpon meminta untuk segera ke rumah sakit ibu sedang sakit," kata Intan Harianja, istri kaka tertua dari almarhum ayah Nova.

Intan bersama keluarga lainnya pun datang ke rumah sakit. Tidak lama di rumah sakti almarhum pun meninggal dunia. "Almarhun terkenal diri yang tertutup jarang memberitau permasalahan kepada keluarga bapak," kata wanita kelahiran 1976.

Karena tidak memiliki orang tuada akhirnya Nova dibawa pulang ke rumah Intan yang berada di Perumahan Melcem, blok A nomor 5 RT 01 RW 8 Batuampar.

Saat Batam Pos berkunjung ke rumah Intan, Nova terlihat mengenakan baju daster bergaris hitam. Selalu berharap ingin kembali sekolah seperti anak-anak lainnya, dan tak ayal dirinya selalu menyebutkan ingin membanggakan orang tuanya seperti anak-anak lainnya. "Saya ingin jadi Polwan biar mamak bangga," ujar Nova saat berada di rumah Intan, Jumat (22/4).

Bocah yang memiliki tinggi 130 cm itu, saat ditanya selalu merundukkan kepadalanya kearah lantai, dirinya mengaku sangat rindu kepada orangtuanya. Bersama orangtuanya ia sempat membantu mencari barang bekas untuk biaya kehidup sehari-hari. Membantu orangtunya berhenti ketika ibunya diterima bekerja di sarang walet di belakang Hotel Planet. "Mamak sakit mulai bulan dua tahun ini," bebernya. 

Sebelum meninggal, Sherliami dan Nova mengahbiskan cerita di sebuah  kontrakan ruli berukuran 3 X 4 meter persegi, yang berlantai dua dan berdinding triplek, di RT 03 RW 6 Kelurahan Kampung Seraya, Batuampar. ***  







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Heri Perajin Knalpot di Batam

Pelajar SMKN 1 Batam Jadi Utusan Indonesia ke Jepang

Berbincang Dengan Erviana Madalina Sutra Dara Muda